Pernahkah kamu mendengar kopi jagung? Mari berkenalan dengan kopi jitu. Meski dikenal sebagai kopi jagung namun kopi jitu tidak semata-mata terbuat dari jagung. Nama kopi jitu sendiri berasal dari bahasa Jawa “kopiné siji jangungé pitu”. Maknanya adalah “kopinya satu jagungnya tujuh”. 

Maka kopi jitu merujuk pada kopi bubuk yang terbuat dari campuran biji kopi dan jagung dengan komposisi satu porsi kopi dan tujuh porsi jagung. Berbeda dengan kopi pada umumnya, kopi jitu memiliki rasa yang lebih gurih karena didominasi oleh rasa jagung. Maka tidak heran jika harga kopi jitu juga lebih terjangkau dibanding kopi murni. 

Kopi jitu juga dirasa lebih aman untuk lambung karena rendah kafein. Salah satu merek kopi jitu yang terkenal adalah Sidomukti. Kopi jitu Sidokmuti diproduksi di Malang dengan proses produksi yang masih tradisional agar aroma dan kesegaran kopi yang diperoleh asli. Resepnya pun sudah diturunkan dari generasi ke generasi sehingga rasanya tetap otentik. 

Sejarah Kopi Jitu

Percampuran antara kopi dan jagung dalam kopi jitu dilatarbelakangi oleh kondisi ekonomi di masyarakat. Dalam satu artikel, Moelyono Soesilo membagikan bahwa gelombang tren kopi dapat dibagi tiga bagian dan kopi jitu masuk dalam gelombang pertama. 

Sebelum tahun 2000, harga kopi memang dikenal mahal dan kurang terjangkau di kalangan masyarakat. Maka kopi dicampur dengan jagung guna menurunkan harga produksi. Masa ini menjadi gelombang pertama tren kopi di Indonesia. 

Pada gelombang kedua tren kopi di Indonesia (sekitar tahun 2000 hingga 2010), harga komoditi jagung yang meningkat akibat kebutuhan jagung untuk ternak dan pengolahan minyak nabati. Maka penambahan jagung dalam kopi dianggap tidak lagi menguntungkan. Sejak saat itu kopi murni mulai banyak diproduksi dan makin digandrungi karena cita rasanya yang unik. 

Kopi khas Indonesia sendiri bahkan disukai dan terkenal di mancanegara. Di Indonesia sendiri pertumbuhan kedai kopi dan cafe semakin merebak. Istilah-istilah dan berbagai jenis menu kopi juga sudah mulai dikenal oleh masyarakat secara luas.

Tahun 2010 hingga saat ini sudah memasuki gelombang ketiga tren kopi Indonesia. Diawali dengan white coffee yang naik daun. White coffee sendiri merupakan campuran kopi, cream bubuk, dan gula, atau dapat disebut kopi 3-in-1. Meski baru terkenal di masyarakat namun racikan white coffee sebenarnya sudah lama dikenal. Namun dengan terobosan marketing, white coffee kembali dikenal luas. 

Tidak hanya white coffee, ready to drink coffee juga mulai banyak dikenal. Istilah ini digunakan untuk kopi siap seduh dan siap minum yang banyak ditemui di warung kopi, pusat perbelanjaan, hingga pedagang kaki lima.

Kopi Indonesia bagi Dunia

Kopi menjadi salah satu gaya hidup yang paling kental bagi masyarakat Indonesia. Berdasarkan data International Coffee Organization (ICO), konsumsi kopi di Indonesia mencapai lima juta karung 60 kilogram di tahun 2020/2021. Maka tidak heran jika kedai kopi dan jumlah orang yang mengkonsumsi kopi di Indonesia sangatlah banyak. 

Indonesia juga memiliki banyak daerah penghasil kopi. Di Indonesia kopi arabika yang terkenal antara lain Gayo, Bali Kintamani, Flores Bajawa, dan sebagainya. Sedangkan kopi robusta yang terkenal adalah Wash Java dan Flores Manggarai. Namun tidak dapat dipungkiri, dari ujung utara hingga Timur Indonesia terdapat berbagai kopi unggulan lainnya. 

Jumlah konsumsi kopi yang meningkat juga berpengaruh pada produksinya. Menurut Badan Pusat Statistik, Indonesia memproduksi kopi hingga 794,8 ribu ton pada tahun 2022 dan meningkat setidaknya 1,1% dari tahun sebelumnya. Sumatera menjadi produsen kopi terbesar yakni 26,72% dari kopi nasional. 

Salah satunya adalah daerah Lampung dan Sumatera Utara sebagai penghasil kopi robusta terbesar di Indonesia. Dengan hasil yang sedemikian banyak Indonesia juga melakukan ekspor kopi dalam jumlah besar. Pada tahun 2022, Indonesia mampu mengeskpor kopi nasional ke Amerika setidaknya 55,75 ribu ton serta ke berbagai negara lainnya. 

Kesimpulan

Kopi yang menjadi budaya Indonesia memang sudah dikenal sejak dahulu. Kopi jitu sendiri tercipta pada gelombang pertama tren kopi Indonesia akibat mahalnya harga kopi. Agar tetap bisa menikmati kopi maka masyarakat mencampurkan satu porsi kopi dengan tujuh porsi kopi sehingga rasa yang didapat menjadi lebih gurih. 

Sejak tahun 2000 hingga 2010 muncul gelombang kedua tren kopi dengan ditandai produksi kopi murni yang mulai marak di masyarakat. Saat ini, tren kopi sudah memasuki gelombang ketiga tepatnya sejak tahun 2010. Gelombang ketiga ditandai dengan konsumsi kopi yang semakin tinggi dan menjamurnya jenis-jenis minuman kopi seperti white coffee. 

Apakah kamu tertarik menikmati kopi jitu?


Kamu penikmat kopi? Saatnya kunjungi platform KopiKita untuk menemukan kopi dari berbagai daerah di Indonesia dengan harga terbaik.