Dari perbukitan subur Tanah Batak, Sumatera Utara, mengalir kelezatan kopi Sidikalang yang melegenda. Diproses dengan teknik khas dan dipengaruhi oleh iklim panas wilayah asalnya, kopi Sidikalang memikat para penikmat kopi di seluruh dunia dengan cita rasanya yang unik.
Dalam tulisan ini, kita akan menyelami keistimewaan kopi Sidikalang, mengulas asal-usulnya, karakteristiknya, serta langkah-langkah dalam proses pengolahannya. Yuk, simak lebih lanjut!
Daerah Asal Kopi Sidikalang
Kopi Sidikalang berasal dari daerah Sidikalang, Dairi, Sumatera Utara. Wilayah ini mencakup kecamatan sekaligus ibukota Kabupaten Dairi dengan luas total wilayah mencapai 70,67 km2.
Kecamatan Sidikalang terletak pada ketinggian antara 700 hingga 1.100 meter di atas permukaan laut (Mdpl), dengan iklim tropis, dan tanah yang sangat subur.
Faktor-faktor geografis ini memainkan peran penting dalam menciptakan kopi berkualitas tinggi. Dalam lingkungan ideal tersebut, pohon kopi dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan biji kopi yang kaya akan rasa dan aroma yang khas.
Para petani di Sidikalang membudidayakan dua jenis tanaman kopi, yaitu robusta dan arabika. Kopi robusta bisa tumbuh pada ketinggian 600 – 700 Mdpl, sedangkan kopi arabika membutuhkan ketinggian minimal di atas 1.000 Mdpl.
Cita Rasa dan Aroma Kopi Sidikalang
Kopi robusta dan arabika dari Sidikalang memiliki karakteristik yang berbeda. Kopi robusta memiliki kadar kafein lebih tinggi (70-80%) dan rasanya lebih kuat dibandingkan kopi arabika. Secara tekstur, kopi robusta juga cenderung lebih kasar.
Kopi Sidikalang memberikan pengalaman menikmati kopi dengan sentuhan rasa mirip coklat dan sedikit manis. Aromanya berbau rempah yang tidak terlalu tajam. Keunikan lainnya, kopi ini dikenal ramah di lambung karena memiliki kadar keasaman yang rendah.
Satu hal menarik dari kopi Sidikalang adalah ‘long aftertaste’-nya yang bertahan lama, meninggalkan rasa kopi yang masih terasa di mulut dan tenggorokan setelah diminum.
Proses Pengolahan Kopi Sidikalang
Untuk menciptakan kopi berkualitas tinggi, tahapan pengolahan kopi Sidikalang membutuhkan proses teliti yang melibatkan beberapa langkah penting. Berikut adalah tahapan-tahapan dalam pengolahan biji kopi tersebut:
Seleksi dan Pemilihan Biji Kopi
Biji kopi cherry yang dipanen harus memiliki warna merah yang dominan, minimal sekitar 95% dari bijinya berwarna merah. Biji kopi cherry kemudian disortir dengan cara direndam. Biji yang tenggelam saat direndam menandakan kualitas yang baik dan siap untuk tahapan berikutnya.
Pemisahan dan Pengeringan Biji Kopi
Setelah proses seleksi, kurang dari 24 jam setelah pemanenan, biji kopi digiling menggunakan mesin penggiling untuk memisahkan kulit dari kopi biji gabah. Biji kopi yang telah dipisahkan dari kulitnya selanjutnya dijemur tanpa dicuci terlebih dahulu.
Metode penjemuran menggunakan para-para yang dilengkapi dengan sungkup plastik transparan untuk membantu dalam pengeringan biji kopi. Proses ini berlangsung hingga kadar air dalam biji kopi gabah mencapai sekitar 15%.
Pemisahan Kulit Tanduk
Ketika biji kopi telah mencapai kadar air sekitar 15%, dilakukan pemisahan kulit tanduk dari biji kopi menggunakan mesin pengupas (huller). Hasil dari proses ini menghasilkan kopi biji beras (green bean) yang siap untuk tahapan selanjutnya.
Proses Sangrai
Kopi biji beras yang telah dipersiapkan kemudian disangrai dengan menggunakan media berbentuk drum dari plat besi, menggunakan bahan bakar kayu bakar atau gas. Durasi proses sangrai bervariasi, tergantung pada permintaan konsumen atau standar yang ditetapkan oleh pengusaha penyangrai kopi.
Penggilingan dan Penyaringan
Setelah selesai disangrai, biji kopi didinginkan sekitar 30 menit sebelum digiling menjadi bubuk menggunakan mesin giling kopi. Tingkat kehalusan kopi bubuk disesuaikan dengan preferensi konsumen atau standar yang diinginkan oleh produsen kopi bubuk.
Strategi Pemerintah dalam Memajukan Kopi Sidikalang
Sidikalang Coffee, terutama jenis robusta, pernah meraih masa keemasan dengan harga yang sangat menguntungkan bagi para petani. Namun, pada akhir tahun 1990-an, popularitasnya menurun drastis karena serangan hama yang membuat petani kewalahan dalam mengatasinya.
Untuk membangkitkan kembali pamor kopi Sidikalang di pasaran, Pemerintah Kabupaten Dairi mengambil langkah-langkah strategis. Pada tahun 2019, pemerintah berhasil meraih Sertifikat Indikasi Geografis (IG) atas Kopi Sidikalang dari Ditjen Kekayaan Intelektual Kemenkumham.
Langkah strategi lainnya termasuk melakukan program intensifikasi kopi, dengan penyediaan sarana produksi pertanian seperti pupuk, pestisida, dan alat mesin pertanian (alsintan).
Selain itu, program ekstensifikasi kopi dilakukan dengan memberikan pendampingan dan pelatihan bagi petani kopi guna memperluas pengetahuan dan keterampilan mereka dalam budidaya kopi yang berkelanjutan.
Tidak lupa, pemerintah menetapkan sentra produksi kopi robusta di beberapa wilayah seperti Kecamatan Berampu, Lae Parira, Siempat Nempu, Pegagan Hilir, Silima Pungga-Pungga, dan Siempat Nempu Hilir. Sementara itu, sentra kopi arabika ditempatkan di Kecamatan Sitinjo, Sumbul, Sidikalang, Parbuluan, Siempat Nempu Hulu, dan Pegagan Hilir.
Keberhasilan dari berbagai upaya tersebut tercermin dari cakupan luas tanam kopi pada tahun 2022 mencapai 1.756,64 Ha. Tahun 2023 terdapat tambahan perluasan lahan kembali sebesar 100 Ha untuk kopi arabika, dengan rincian 20 Ha di Kecamatan Gunung Sitember, 30 Ha di Kecamatan Parbuluan, 30 Ha di Kecamatan Pegagan Hilir, dan 20 Ha di Kecamatan Sidikalang.
Demikianlah keistimewaan Sidikalang Coffee sebagai legenda rasa yang memikat dari Sumatra. Dipilih dengan cermat dari biji kopi cherry berkualitas dan diproses melalui serangkaian tahapan, menghasilkan kopi dengan aroma khas yang tidak dapat diabaikan begitu saja. Mari temukan sendiri kenikmatan dari secangkir kopi ini!
Kamu penikmat kopi? Saatnya kunjungi platform KopiKita untuk menemukan kopi dari berbagai daerah di Indonesia dengan harga terbaik.