Industri kopi menjadi salah satu bidang yang tidak terlepas dari Artificial Intelligence (AI). Dengan adanya kecerdasan buatan ini, potensi penerapan AI di industri kopi mulai banyak bermunculan.

AI membantu memudahkan proses pengolahan di industri kopi. Selain itu, AI juga bahkan bisa menyeduh kopi dengan waktu serta rasa yang tepat. 

Apa itu AI?

AI atau kecerdasan buatan adalah teknologi yang bisa meniru kecerdasan manusia. Oleh sebab itu, AI mampu melakukan hal-hal yang biasa dilakukan manusia, seperti menulis, menggambar, dan sebagainya.

Salah satu hal yang bisa dilakukan AI adalah menyeduh kopi. Hal ini dibuktikan dengan munculnya Smart Coffee Machine pertama di Indonesia. Sebuah mesin yang mirip dengan vending machine. 

Cara kerjanya pun hampir mirip. Pembeli tinggal mengklik beberapa tombol dan mesin tersebut bisa membuatkan kopi secara otomatis. Mesin ini diluncurkan oleh sebuah perusahaan start-up bernama JumpStart pada tahun 2017 lalu.

Memanfaatkan teknologi AI, mesin ini dapat mengatur perencanaan rute otomatis, mendeteksi error, dan mengetahui perkiraan permintaan bahan baku.

Selain itu, mesin tersebut bisa digunakan tanpa tenaga manusia. Otomatisasi inilah yang membuat keberadaan AI juga seolah-olah mengancam keberlangsungan banyak profesi.

Alasannya karena profesi tersebut bisa dengan mudah dikerjakan oleh AI. Jadi, tidak perlu lagi membayar mahal karyawan.

Akan tetapi, masih banyak yang tetap menganggap santai keberadaan AI. Menurutnya, AI tetaplah sebuah robot atau program yang tidak memiliki emosi. Jadi, tidak bisa memberi pelayanan sepenuh hati seperti barista pada umumnya. 

Kemudian, AI juga memiliki potensi error yang cukup besar sehingga memerlukan biaya yang lebih mahal untuk pengembangan serta perawatan.

Manfaat Penerapan AI di Penanaman Kopi

Terlepas dari keberadaan yang menuai pro kontra, penerapan AI memiliki banyak manfaat di industri kopi. Tidak hanya dalam proses pembuatan dari biji menjadi kopi, AI sangat bermanfaat untuk proses menanam kopi.

Sebuah teknologi bernama Unmanned Aerial Vehicles (UAV) membantu para petani kopi untuk meningkatkan efisiensi hasil tanaman mereka. UAV adalah pesawat tanpa awak atau drone yang berfungsi untuk memantau perkebunan dari atas. Drone sendiri dikembangkan pertama kali pada 22 Agustus 1849 di Amerika Serikat oleh Insinyur asal Israel, Abraham Karem.

UAV mampu menangkap gambaran utuh perkebunan kopi tersebut. UAV dapat melakukan pemetaan yang lebih jelas dari foto citra satelit biasa. Teknologi ini bahkan digunakan untuk pemetaan daerah irigasi.

Hal ini membantu petani mengawasi kualitas dari tanaman kopi mereka. Drone tersebut dapat melihat ada atau tidaknya jamur serta bakteri. Selain itu, UAV juga bermanfaat untuk memantau pertumbuhan tanaman. Tanaman yang normal pertumbuhannya akan terlihat lebih hijau. Kamera Near-Infared akan menangkap radiasi matahari yang dipancarkan oleh klorofil pada tumbuhan. 

Selain membantu petani dalam menanam kopi, AI juga bisa melakukan roasting kopi dengan baik. Dilansir dari Perfect Daily Grid, sebuah mesin roasting kopi bernama Roest mampu mendeteksi first crack atau retak pertama secara otomatis menggunakan AI. Hal ini membuat retakan pertama terdengar sangat jelas apabila sudah waktunya. Selain itu, mesin tersebut juga dapat menyesuaikan suhu dan udara. Oleh sebab itu, mesin ini dapat menciptakan konsistensi roasting kopi. 

Konsumen Menjadi Faktor Kunci Alasan Penerapan AI di Industri Kopi

Penerapan AI di industri kopi dipengaruhi oleh sikap dari konsumen itu sendiri. Saat ini, banyak konsumen yang membutuhkan kopi dalam waktu yang cepat. Sementara itu, kedai kopi kini makin ramai.

Hal tersebut menyebabkan lamanya antrian untuk memesan dan menunggu pesanan jadi. Konsumen juga menginginkan racikan dengan rasio kopi yang pas, mulai dari takaran air, gula, dan juga kopinya.

Oleh sebab itu, kopi instan atau kopi dalam kemasan selalu menjadi pilihan karena rasanya yang konsisten. Kopi siap minum atau RTD (Ready-to-Drink) juga mengalami kenaikan minat di era serba instan dan cepat ini.

Kopi tersebut memerlukan waktu sedikit lebih lama untuk dibuat. Selain itu, dibutuhkan kejelian agar rasio air dan kopi yang dimasukkan tepat. Kelebihan atau kekurangan air akan memengaruhi rasa kopi itu nantinya.

Inilah alasan mengapa keberadaan AI terus dikembangkan. Salah satunya adalah untuk memenuhi kebutuhan dari para konsumen.

Margaretha (2004) mengungkapkan bahwa bisnis yang mau berkembang harus menawarkan jasa yang lebih murah dan cepat dibanding bisnis lainnya.

Itulah mengapa AI menjadi potensi yang bagus dikembangkan karena memenuhi kriteria tersebut. Terkait kemungkinan AI akan menggantikan peran manusia, Guston (2014) mempertanyakan kebenaran hal tersebut.

Namun, jika dipikirkan lagi, sebuah teknologi atau AI pun tidak bisa berjalan tanpa ada sentuhan dari manusia. Selain itu, jika AI mengalami kerusakan, manusia juga akan turut berperan untuk memperbaiki teknologi ini.

Kesimpulannya, potensi penerapan AI di industri kopi sangat besar karena mengikuti kebutuhan konsumen. AI akan lebih banyak membantu daripada menggantikan peran manusia yang bekerja pada industri ini.

Walaupun, AI digadang-gadang akan menggantikan manusia karena bisa mengurangi biaya untuk menggaji karyawan. Akan tetapi, sebuah perusahaan tetap memerlukan tenaga manusia untuk memantau AI ini agar bisa tetap berfungsi dengan baik.

Selain itu, pengembangan teknologi juga memerlukan waktu yang tidak sebentar agar bisa memenuhi semua permintaan kopi yang ada. Oleh sebab itu, tenaga manusia seperti barista atau petani kopi masih sangat dibutuhkan.

Kemudian, terkait kenyamanan serta kehangatan dalam melakukan pelayanan. Konsumen akan lebih nyaman mendapatkan sambutan hangat dari seorang barista yang membuat kopi dengan sepenuh hati mereka.


Kamu penikmat kopi? Saatnya kunjungi platform KopiKita untuk menemukan kopi dari berbagai daerah di Indonesia dengan harga terbaik.