Saat ini, perkembangan industri kopi di Indonesia sudah mencapai third wave atau gelombang ketiga. Akan tetapi, gelombang kopi Indonesia belum berhenti sampai di sana. Seiring berjalannya waktu, kopi terus mengalami perkembangan bahkan sedang menuju gelombang keempat untuk saat ini.

Masing-masing gelombang memiliki perbedaan dari budaya konsumsi kopi di kalangan masyarakat Indonesia. Makin tinggi perkembangannya, para penikmat kopi makin ingin tahu tentang asal-usul bagaimana kopi mereka dibuat. 

Oleh sebab itu, tidak hanya tentang cara membuatnya saja, kini penikmat kopi sudah mulai memperhatikan tentang hal-hal dasar. Contohnya, bagaimana kopi itu ditanam, bagaimana proses roasting, sampai akhirnya secangkir kopi siap mereka nikmati.

Apa itu Gelombang Kopi atau Coffee Waves

Sederhananya, gelombang kopi adalah sebuah kondisi atau momen ketika terjadinya perubahan besar dari segi bagaimana hubungan konsumen dengan kopi. Gelombang-gelombang tersebut mewakili bagaimana konsumen memiliki kecenderungan berbeda pada setiap gelombangnya.

Di setiap gelombangnya, konsumen memiliki fokus yang berbeda-beda. Ada yang fokus terhadap komoditas kopi, seberapa cepat kopi disajikan dan berapa harganya, sampai bagaimana asal usul sebuah kopi.

Semua itu tercatat dalam gelombang kopi. Dengan mengetahui bagaimana perkembangan gelombang kopi, hal tersebut memudahkan para pelaku usaha industri kopi untuk lebih memahami konsumen. 

Lalu, bagaimana perkembangan gelombang kopi Indonesia?

Gelombang Pertama Kopi (First Wave)

Gelombang pertama atau first wave dimulai pada tahun 1800-an. Saat itu, industri kopi lebih mementingkan packaging atau kemasan. Kualitas dari segi rasa masih belum terlalu diperhatikan. Inovasi yang muncul pada gelombang ini adalah kemasan vacum packaging. 

Kemasan tersebut dibuat oleh Pendiri Hill Bros Coffee, R.W. Hills. Packaging tersebut membuat biji kopi menjadi lebih lama segar dan awet karena menghilangkan udara dari kemasan kopi.

Selain kemasan, gelombang ini juga memunculkan kopi instan pada awal tahun 1900-an. Kopi tersebut mudah diterima oleh masyarakat karena pembuatannya yang praktis. Saat itu, brand Nestle dengan produk Nescafe merupakan brand yang terkenal sebagai kopi instan.

Gelombang Kedua Kopi (Second Wave)

Pada gelombang kedua ini, konsumen sudah mulai ingin mengetahui asal usul dari mana kopi mereka berasal. Gelombang ini terjadi pada tahun 1980-an. Penyebabnya, konsumen mulai memprotes rasa kopi yang tidak enak. Dari sinilah kualitas rasa menjadi suatu hal yang penting dalam kopi.

Pada masa ini juga, konsumen mulai ingin merasakan pengalaman terbaik dalam minum kopi. Jadi, mereka sudah tidak memandang kopi hanya sebagai minuman, melainkan harus memberi pengalaman terbaik.

Salah satu faktor dari pengalaman terbaik itu adalah soal rasa. Oleh sebab itu, untuk mendapatkan rasa terbaik, konsumen perlu mengetahui bagaimana proses pembuatan kopi itu terjadi. Pada gelombang ini, brand terkenal yang memahami kecenderungan konsumen adalah Starbucks.

Brand tersebut berusaha menghadirkan pengalaman terbaik saat minum kopi dengan menyediakan interaksi sosial yang bagus. Orang-orang yang datang ke Starbucks tidak hanya sekadar untuk minum kopi, tetapi juga ada nilai sosial yang didapatkan. Kini, Starbucks pun menjadi ikon gaya hidup yang erat kaitannya sebagai tempat pertemuan, tempat bekerja, dan sebagainya.

Gelombang Ketiga Kopi (Third Wave)

Gelombang ketiga ini terjadi pada tahun 2000-an. Tepatnya, ketika Thrish Rotgheb mengemukakan hal ini dalam artikelnya pada 2002. Pada masa ini, konsumen kopi mulai ingin mengenal lebih jauh tentang kopi itu sendiri.

Kalau gelombang kedua, konsumen sekadar ingin mengetahui asal usul kopi mereka, pada gelombang ketiga ini, konsumen lebih ingin mengetahui detail karakteristik dari kopi itu sendiri. Mereka benar-benar mencari tahu tentang ciri khas masing-masing kopi. Mulai dari biji yang digunakan saat penanaman, proses panennya, dan sampai akhirnya kopi tersebut disajikan kepada konsumen.

Oleh sebab itu, gelombang ini didominasi oleh konsumen kopi yang memiliki selera kopinya masing-masing. Pada masa ini, konsumen sangat mudah mendapatkan informasi tentang kopi yang mereka minum. Hal inilah yang membuat munculnya berbagai macam selera dari konsumen.

Gelombang ketiga ini juga menjadi waktu munculnya istilah single origin. Sebuah kopi yang berasal dari sumber yang sama. Entah itu wilayah, jenis, dan tanaman yang sama.

Kemunculan Gelombang Keempat (Fourth Wave)

Setelah munculnya tiga gelombang kopi, bagaimana dengan perkembangan kemunculan gelombang keempat? Dilansir dari Perfect Daily Grind, gelombang keempat kopi muncul dengan membawa skalabilitas. Gelombang keempat ini berfokus pada perkembangan dalam jumlah. 

Meluaskan pasar yang tadinya kecil menjadi besar. Hal tersebut ditunjukkan dengan makin mudahnya akses untuk mengetahui bagaimana proses kopi itu dibuat.

Oleh sebab itu, kemunculan gelombang kopi ini masih diperdebatkan. Sebab, konsepnya masih belum jelas. Gelombang keempat dianggap tidak membawa ilmu kopi ke perkembangan berikutnya.

Gelombang tersebut hanya membawa kopi berkualitas tinggi pada gelombang ketiga menjadi lebih mudah didapatkan oleh konsumen. Selain itu, fokus dari gelombang keempat ini adalah bagaimana bisa komersialisasi kopi mampu memberi nilai dalam rantai pasokan di skala yang besar.

Pada gelombang kopi Indonesia keempat inilah mulai dikenal istilah otomatisasi kopi. Banyak mesin-mesin otomatis bermunculan yang bisa membuat kopi dengan rasa seasli mungkin.


Kamu penikmat kopi? Saatnya kunjungi platform KopiKita untuk menemukan kopi dari berbagai daerah di Indonesia dengan harga terbaik.