Bermula dari kisah temuan “Biji Kopi” yang menyebar ke Eropa hingga akhirnya masuk ke Indonesia dan kini bisa kita rasakan aroma seduhan kopi yang nikmat. 

Kira-kira, bagaimana sih kisah dibalik seduhan kopi yang kita nikmati setiap hari?

dibalik seduhan kopi
Sekarang ini kopi menjadi minuman kekinian yang banyak dijual di kafe.

Sejak dahulu hingga kini, Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan keanekaragaman dan kekayaan alam, budaya, ras, dan sukunya. Keanekaragaman dan kekayaan alam serta budaya inilah yang berpengaruh kuat terhadap keberagaman makanan maupun minuman di negara ini. 

Dari makanan, minuman, hingga keberagaman flora dan fauna yang turut mewarnai dan menghiasi negara ini dengan keindahannya. Hal ini juga berkaitan dengan sejarah dan perkembangan kopi di Indonesia. Lalu, bagaimana sejarah dan perkembangan kopi hingga menjadi minuman populer di Indonesia saat ini.

Banyak orang Indonesia mengira bahwa kopi adalah komoditi asli Indonesia. Perlu diketahui bahwa kopi tidak berasal dari Indonesia melainkan dari benua Afrika, tepatnya di daerah Abyssinia, atau yang sekarang kita kenal dengan negara Ethiopia. Jelaslah dari sejarah kopi bahwa tanaman kopi ditemukan di Afrika. Setelah pohon kopi ditemukan, tanaman ini mulai ditanam dan menyebar ke seluruh dunia. 

Dibalik seduhan kopi yang nikmat

Sejarah mencatat bahwa kopi pertama kali ditemukan oleh orang Ethiopia sekitar 3000 tahun yang lalu. Ini dibuktikan dengan kisah seorang penggembala kambing yang membawa ternaknya ke ladang, namun kemudian hilang. Saat mencari ternaknya, dia melihat kambing-kambing peliharaannya memakan sebuah biji seperti buah beri di pohon, dan kemudian kambing itu tetap gembira kegirangan sampai melompat-lompat meskipun matahari telah terbenam. Kemudian gembala mencoba memakan biji tersebut dan setelahnya dia kegirangan seperti tingkah kambing-kambingnya dan merasa segar kembali.

Baca juga: Coffee Story: Mengenal Sejarah Kopi, Si Hitam Manis yang Nikmat

Di masa lalu, orang tidak menumbuk kopi sebelum menyeduhnya. Pada awalnya, kopi hanya dikeringkan kemudian diseduh saja, setelah 5 abad kemudian, diciptakan alat untuk menggiling biji kopi. Saat itu, mengolah kopi juga masih sangat sederhana, berbeda dengan pengolahan kopi saat ini yang sangat beragam.

Awal mula sejarah kopi di Indonesia

seduhan kopi
Sayangnya, literasi tentang sejarah kopi Jawa Barat ini tidak diketahui oleh generasi penikmat kopi masa kini. (Source: Wartakopi)

Sejarah kopi di Indonesia dimulai ketika gubernur Belanda di Malabar, India, mengirimkan bibit kopi Yaman atau Kopi Arabika (Coffea Arabica) kepada gubernur Belanda di Batavia, yang sekarang dikenal dengan Jakarta, pada tahun 1696. Bibit kopi ini untuk pertama kalinya gagal tumbuh karena terkena banjir di Batavia. 

Pengiriman kedua biji kopi ke Batavia yang terjadi pada tahun 1699. Pabrik kopi pun diperluas dan pada tahun 1711 ekspor kopi pertama dikirim dari Jawa ke Eropa oleh perusahaan dagang Belanda yang bernama VOC (Verininging Oogst Indies Company) yang didirikan pada tahun 1602.

Java Coffee adalah ikon sekaligus legenda di industri kopi dunia dari bumi Priangan. (Source: Wartakopi)

Bahkan dalam 10 tahun ekspor kopi tersebut, ekspor terus mengalami peningkatan hingga menjadi 60 ton per tahun. Indonesia menjadi tempat kopi pertama kali ditanam secara luas di luar kawasan Arab dan Ethiopia. Akhirnya, VOC memonopoli perdagangan kopi dari tahun 1725 sampai 1780. 

Perdagangan kopi dinilai menguntungkan bagi VOC

Dalam sejarah, pada abad ke – 17, kopi secara resmi masuk ke Eropa. Sayangnya, kopi tidak tumbuh subur di sana, sehingga mereka memanfaatkan daerah jajahannya untuk membudidayakan tanaman kopi.

Adanya perdagangan kopi di Indonesia saat itu, tentu menambah pundi-pundi uang ke dalam kantong VOC, namun juga sedikit menguntungkan bagi petani Indonesia, yang dipaksa menanam oleh pemerintah kolonial Belanda. Secara teori, memproduksi barang untuk ekspor berarti menghasilkan uang bagi orang Jawa untuk membayar pajak.

seduhan kopi
Dalam buku “Preanger the Land of Coffee” disebut bahwa Priangan merupakan perkebunan kopi kedua tertua di dunia. (Source: Wartakopi)

Sistem pembayaran pajak tersebut dikenal di Belanda sebagai Cultuurstelsel (sistem budidaya) dan mencakup rempah-rempah dan banyak tanaman tropis utama. Cultuursstelsel untuk kopi diterapkan di wilayah Preanger, Jawa Barat. Bahkan, harga untuk komoditas utama pertanian  ini ditetapkan terlalu rendah dan mengabaikan pekerjaan buruh tani, yang menciptakan situasi sulit bagi petani. 

Pada pertengahan abad ke-17, VOC mengembangkan daerah penanaman Kopi Arabika di Sumatera, Bali, Sulawesi, dan Kepulauan Timor. Di Sulawesi, kopi pertama kali ditanam pada tahun 1750. Di dataran tinggi Sumatera Utara, kopi ditanam di dekat Danau Toba pada tahun 1888, kemudian di dataran tinggi Gayo, Aceh dekat Danau Laut Tawar pada tahun 1924.

Pada tahun 1850, pegawai kolonial pemerintah Belanda, Eduard Doues Dekker, menulis sebuah buku berjudul “Max Havelaar and the Coffee Auctions of the Dutch Trading Company”, yang mengungkap tekanan pada petani oleh pejabat yang korup dan tamak. Buku ini telah membantu mengubah opini publik Belanda tentang “sistem budidaya” dan kolonialisme pada umumnya. Bahkan, nama Max Havelaar juga telah diadopsi oleh sebuah organisasi fair-trade pertama.

Mengganti Arabika menjadi Robusta

Pada sekitar abad ke-18, kolonial Belanda mendirikan perkebunan kopi besar di dataran tinggi Ijen yang berletak di Jawa Timur. Namun, sebuah bencana terjadi pada tahun 1876, ketika tanaman kopi terkena penyakit karat daun di seluruh Indonesia, yang telah merusak seluruh tanaman serupa. Kopi Robusta (C. canephor var. Robusta) diperkenalkan ke Jawa Timur pada tahun 1900 untuk menggantikan tanaman kopi arabika di dataran yang lebih rendah dan penyakit karat secara bertahap dihilangkan. 

Pada tahun 1920, perusahaan-perusahaan kecil di Indonesia mulai menanam kopi sebagai komoditas utama mereka. Perkebunan di Jawa mulai dinasionalisasikan pada Hari Kemerdekaan Indonesia dan dihidupkan kembali dengan jenis Arabika baru pada tahun 1950. Jenis kopi tersebut kemudian diadopsi oleh perusahaan kecil melalui pemerintah dan masyarakat. 

Hingga saat ini, sudah lebih dari 90% kopi Arabika Indonesia ditanam oleh perusahaan kecil terutama di Sumatera Utara, dengan lahan kebunnya 1 hektar atau kurang. Produksi tahunan kopi Arabika adalah lebih dari 200 ribu ton dan mampu menyuplai sekitar 7% kebutuhan kopi di dunia. Kopi arabika yang merambah negara lain sebagian besar termasuk dalam segmen pasar khusus.

Baca juga: Coffe Story: Mengulik Awal Mula Kata “Kopi” Diciptakan

Nah, itu dia, sejarah dan perkembangan kopi di Indonesia hingga saat ini, cukup menarik, kan?

Bermula dari Ethiopia menyebar ke Arab hingga sejarah pengorbanan besar untuk bisa menikmati seduhan kopi di Indonesia. Memang tanaman kopi bukan berasal dari Indonesia, namun Indonesia mampu menjadi negara penghasil kopi terbanyak di dunia, bersamaan dengan negara Brasil, Vietnam, dan Kolombia. 

Jika kamu merupakan produsen kopi dari berbagai daerah, jangan sungkan untuk membuka toko di platform KopiKita, sehingga para penikmat kopi dari seluruh Indonesia dapat mencicipi produksi kopi kamu. Ajukan bisnis ke platform KopiKita sekarang dengan mengisi form berikut ini.


Kamu penikmat kopi? Saatnya kunjungi platform KopiKita untuk menemukan kopi dari berbagai daerah di Indonesia dengan harga terbaik!